Bagi seorang auditor/pemeriksa, yang notabene adalah pegawai fungsional, tugas (yang dimaksud tugas audit, asistensi, investigasi, pokoknya yang berhubungan dengan angka kredit auditor) adalah penanda eksistensi ke-auditor-annya. disamping dari sisi eksistensi status, seorang auditor juga butuh eksistensi dari sisi materi… butuh duit maksudnya… ** auditor… juga manusiaaa**jadi SPPD menjadi sebuah hal penting (untuk tidak mengatakan paling penting) dalam sejarah kehidupan auditor.
“SPPD Oriented” kayaknya udah merupakan semacam virus yang menjangkiti sebagian besar auditor. yah… auditor kan berharap dapet selisih penderitaan… (maksudnya sengaja menderita biar ada selisih)…
selisih penderitaan yang dulunya digembar-gemborin sering menimpa auditor kayaknya udah bener-bener dinikmati bahkan udah jadi habit. dinas 20 hari… yah paling diselesaikan 2 hari… maksimal 10 hari lah.. itupun belum termasuk amplop yang sering diberikan obrik.
SPPD menjadi standar ukuran kemakmuran auditor, semakin banyak ST (surat tugas) dan DL (dinas luar).. maka semakim makmur… auditor semakin banyak duit.
karena godaan ini banyak yang mengejar SPPD. tiap hari selalu cari info penugasan.. trus ndeketin koordinator biar diajak penugasan…
sebenernya realistis juga kalo kita (baca: auditor) berorientasi mendapat SPPD. tapi yang jadi masalah, ketika kinerja menjadi sebuah hal yang tidak perlu lagi diperhatikan. istilahnya ambil duit sppd, dl ke kota yg dituju trus jangan lama-lama (ambil data ini itu).. trus pulang deh… bawa duit sisa SPPD yang melimpah dan berhrap dapet penugasan lagi.
SPPD oriented ini adalah turunan dari materialistis (berkecenderungan untuk hal2 kebendaan-uang)… makanya urusan SPPD oriented ini bukan sekadar urusan kebutuhan perut semata, tapi udah menyangkut ideologi hidup. semakin orang mengidap SPPD oriented, semakin materialis pula pola pemahaman hidupnya.
bener2 mengkhawatirkan.. kalo angkatan-angkatan baru auditor/pemeriksa terjangkit virus ganas ini.
No comments:
Post a Comment