TERJEMAHAN

Monday 3 January 2011

DIKLAT, UPAYA PENCERDASAN ATAU PEMBODOHAN ?

Dari sisi teknis pelaksanaan diklat memang tidak ada masalah, tapi kalo melihat bagaimana peserta memahami diklat itulah yang jadi masalah..
Diklat, jelas didesain untuk mencerdaskan pesertanya (notebene peserta dari setiap perwakilan di seluruh Indonesia) yang akan mencerdaskan (menularkan kecerdasannya) juga perwakilannya (lingkungan sekitarnya)…
ini kalo melihat diklat dari sisi pencetusnya… (walaupun tidak tertutup kemungkinan kalo ini hanya sekadar bentuk proyek saja…. penghabis anggaran negara)
tetapi kalo dari sisi pesertanya akan banyak jawabannya…  
pertama, ada yang menganggap diklat memang upaya pencerdasan… biasanya ini peserta yang masih muda, dan memang butuh ilmu yang disampain di diklat, insya Allah saya masuk kategori ini 
kedua ada yang mengganggap diklat sebagai “jatah” sppd, biasanya ini peserta yang memang mendapat giliran di kantor untuk diklat, bukan hanya untuk nyari ilmu tapi lebih ke nilai nominal SPPDnya… ya lumayan dapet uang SPPD, katanya.
ketiga diklat atasan, sebenernya susah mengkategorikan jenis yang ketiga ini… biasanya ini atasan kantor yang emang sering sekali ngikutin diklat… jadi kalo ada undangan diklat,demi alasan prestise, kebanggan ato sebangsanya lah..(ato dengan alasan SPPD juga bisa) dan terakhir 
empat, jenis peserta yang emang doyan diklat. Jadi tiap ada diklat, bisa dipastikan dia ikut… karena kayaknya emang ada veteran diklat. Nggak penting jenis diklatnya…
kenapa ini menggelisahkan?
sebab, saya melihat hari pertama diklat.. permasalahan yang muncul adalah masalah SPPD.. yah duit lagi-duit lagi…inilah yang patut menjadi perhatian, bahwa duit oriented emang sudah mendarah daging dalam wujud makhluk bernama MANUSIA.
Bagaimana diklat ini bisa mencerdaskan? kalo yang menjadi orientasi bukanlah subtansi diklat itu sendiri, tapi lebih ke duit. Memang segalanya butuh duit.. tapi duit bukan segala-galanya…

No comments:

Post a Comment