Kita sebagai warga Negara Indonesia sangat terpukul dengan
kejadian bom solo yang baru kemarin terjadi, ini membuat panjang deretan kejadian
teror yang menimpa kita, berikut sejarah
toror bom yang pernah terjadi di Indonesia.
Selama 1962-2003,
Indonesia sudah mencatat puluhan kali ledakan bom terjadi dalam skala kecil dan
besar, setengahnya terjadi di Jakarta. Catatan dimulai dengan ledakan bom yang
terjadi di kompleks Perguruan Cikini dalam upaya pembunuhan presiden pertama
RI, Ir Soekarno, pada 1962. Berikutnya,
11 November 1976: Di Masjid Nurul Iman, Padang. Pelakunya
adalah Timzar Zubil, tokoh yang disebut pemerintah sebagai Komando Jihad. Tapi,
Timzar tidak pernah ditemukan sampai sekarang. Tidak ditemukannya Timzar ini,
memberikan dugaan kuat adanya operasi intelijen.
20 Maret 1978: Sekelompok pemuda melakukan peledakan
di beberapa tempat di Jakarta dengan bom molotov, dan membakar mobil presiden
taksi untuk mengganggu jalannya sidang umum MPR. Tentunya ini terkait dengan
kepentingan politik.
14 April 1978: Masjid Istiqlal, Jakarta. Sampai
sekarang, ledakan bom dengan bahan peledak TNT itu tetap jadi misterius. Masjid
terbesar umat Islam di Indonesia, umat Islam-lah yang korbannya.
4 Oktober 1984: Ledakan bom di BCA, Jalan Pecenongan,
Jakarta Barat. Pelakunya adalah Muhammad Jayadi, anggota Gerakan Pemuda Ka’bah
(anak organisasi Partai Persatuan Pembangunan) lantaran protes terhadap
peristiwa Tanjungpriok 1983. Jayadi yang tidak dikenal sebagai anggota Gerakan
Pemuda Ka’bah kemudian dijatuhi hukuman penjara 15 tahun setelah mengaku
menjadi pelaku peledakan.
Di saat bersamaan, juga terjadi ledakan di BCA dan
Kompleks Pertokoan Glodok, Jakarta dengan pelaku Chairul Yunus alias Melta
Halim, Tasrif Tuasikal, Hasnul Arifin yang juga merupakan anggota Gerakan
Pemuda Ka’bah. Mereka dijatuhi hukuman penjara dan dipecat dari keanggotaan
Gerakan Pemuda Ka’bah.
Selain itu, ledakan juga terjadi di BCA Jalan Gajah
Mada, Jakarta Pusat dengan pelaku Edi Ramli, juga anggota Gerakan Pemuda
Ka’bah. Siapa dalang pemboman, sebenarnya masih misterius, tapi Edi dijatuhi
hukuman penjara.
Rentetan kasus peledakan beberapa kantor BCA itu
menyeret tokoh-tokoh Petisi 50, seperti H.M. Sanusi, A.M. Fatwa (keduanya
dipenjara, saksi-saksi mengaku disiksa), dan H.R. Dharsono.
24 Desember 1984: Gedung Seminari Alkitab Asia
Tenggara (SAAT), Jalan Margono, Malang, Jawa Timur. Tidak diketahui siapa
pelakunya.
20 Januari 1985: Candi Borobudur di Jawa Tengah tak
luput dari sasaran ledakan bom. Pelakunya adalah seorang mubalig, Husein Ali
Alhabsy yang juga dilatar-belakangi motif protes terhadap peristiwa
Tanjungpriok 1983. Husein menolak tuduhan atas keterlibatannya dalam peledakan
Borobudur dan menuding Mohammad Jawad, yang tidak tertangkap, sebagai
dalangnya. Pada awalnya, Husein mendapat ganjaran penjara seumur hidup. Tapi
kemudian mendapatkan grasi dari pemerintahan Habibie pada 23 Maret 1999.
16 Maret 1985: Bus Pemudi Ekspress di Banyuwangi,
Jawa Timur. Pelakunya adalah Abdulkadir Alhasby, anggota majelis taklim. Kasus
ini juga dikaitkan dengan peledakan Candi Borobudur yang juga memprotes peristiwa
Tanjungpriok 1983. Bahan peledak yang digunakan adalah TNT batangan PE 808/tipe
Dahana.
14 Mei 1986: Terjadi hampir bersamaan di Wisma
Metropolitan di Jalan Sudirman, di Hotel President di Jalan Thmarin dan di
Pekan Raya Jakarta. “Brigade AntiImperialis Internasional“ di Jepang mengaku
bertanggung jawab. Ini justru merupakan peledakan bom yang berasal dari asing.
Juni 1986: Terjadi serangan roket ke Kedutaan
Amerika, Jepang dan Kanada yang diluncurkan dari kamar 827 Presiden Hotel di
Jalan MH. Thamrin.
13 September 1991: Ledakan bom di Mragen-Demak, Jawa
Timur. Ketika itu, Xanana Gusmao sebagai pemimpin perjuangan Timor Leste
menyatakan bertanggung jawab atas terjadinya ledakan yang diduga dilakukan oleh
tiga pemuda Timor Leste.
30 September 1991: Hotel Mini Surabaya. Pelakunya
tidak diketahui. Bahan peledak yang digunakan adalah potassium -biasa dipakai
untuk membom ikan.
Februari 1993: Lantai dua gedung World Trade Center
(WTC), New York, Amerika Serikat.
13 September 1997: Mranggen, Demak, Jawa Tengah yang
dilakukan tiga pemuda Timor Timur dari kelompok prokemerdekaan Timor Timur. Bom
meledak tidak sengaja. Tokoh Tim-tim Xanana Gusmao menyatakan bertanggung jawab
atas peledakan itu. Tapi, tidak ada tersangka yang tertangkap.
18 Januari 1998: Rumah Susun Tanah Tinggi, Jakarta.
Walau bom meledak tidak disengaja, Agus Priyono, anggota Solidaritas Mahasiswa
Indonesia untuk Demokrasi (SMID) -salah satu jaringan Partai Rakyat Demokrat-,
dipenjara tujuh bulan lebih, karena dianggap mengetahui rencana pemboman tapi
tidak melaporkannya ke pihak berwajib. Kasus ini sempat menyeret nama Sofjan
dan Yusuf Wanandi serta Surya Paloh, yang semuanya membantah terlibat. Tapi,
tidak ada dari tokoh itu yang diajukan ke pengadilan.
20 Februari 1998: Kampung Batik Sari, Semarang.
7 Agustus 1998: Kedutaan besar Amerika di Nairobi,
Kenya dan di Darus Salam, Tanzania yang disinyalir dilakukan teroris yang punya
hubungan dengan Al-Qaida dan Osama bin Laden. Peristiwa itu menewaskan 223
orang dan melukai 4.000 orang. Sebagian besar dari mereka yang terbunuh dan
terluka dalam tiga pemboman itu adalah warga Kenya dan Tanzania.
11 Desember 1998: Atrium Plaza Senen, Jakarta. Pelaku
tertangkap pada akhir 1999, sewaktu terjadi ledakan bom di Ramayana, Jalan
Sabang. VM Rosalin Handayani dan Yan Pieterson Manusama disangka sebagai pelaku
dengan motif usaha dagang. Bahan peledak berbau belerang.
2 Januari 1999: Toserba Ramayana, Jalan Sabang,
Jakarta Pusat. Pelakunya adalah V.M. Rosalin Handayani dan Yan Pieterson
Manusama, pengusaha yang dilatar-belakangi motif sengketa pribadi. Bahan
peledak bom adalah TNT.
9 Februari 1999: Mal Kelapa Gading, Jakarta. Siapa
pelaku dan apa motif bom yang berbahan peledak TNT itu, tidak diketahui.
15 April 1999: Plaza Hayam Wuruk, Jakarta Barat.
Pelakunya adalah Ikhwan, Naiman, Edi Taufik, Suhendi, dan Edi Rohadi, anggota
kelompok yang disebut-sebut sebagai Angkatan Mujahidin Islam Nusantara (AMIN)
pimpinan Eddy Ranto. Motif pemboman adalah kriminal (perampokan). Kelompok AMIN
ini juga dituduh meledakkan Istiqlal. Anehnya, dalam kasus ini, motifnya
diputuskan sebagai kriminal. Bahan peledak ramuan KCl03 (kalium klorat) dan
TNT.
19 April 1999: Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.
Pelakunya adalah Eddy Ranto alias Umar, 40 tahun yang juga diduga sebagai otak
perampokan Bank BCA Taman Sari, Jakarta dan peledakan satu wartel di kawasan
Hayam Wuruk, Jakarta, beberapa pekan sebelumnya. Sayangnya, kasus ini tetap
menjadi misterius, lantaran belum tuntas. Bahan peledaknya sama dengan kasus
Hayam Wuruk. Bahan peledaknya, TNT (trinitrotoluene) dan KCLO3 (kalium
chlorat).
Maret 2000: Depan Hotel Merdeka, Bekasi yang
mengakibatkan dua orang luka-luka.
28 Mei 2000: Gereja Kristen Protestan Indonesia
(GKPI) Medan. Siapa pelaku dan apa motifnya tetap jadi misterius.
29 Mei 2000: Gereja Katolik di Jalan Pemuda Medan.
Siapa pelaku dan apa motifnya juga masih misterius.
1 Juli 2000: Di Jalan Imam Bonjol, KPU Jakarta. Kasus
peledakan bom ini juga masih belum tuntas
4 Juli 2000: Di kamar kecil kantor Kejaksaan Agung,
Jakarta. Siapa pelaku dan apa motif peledakan bom berkategori M-1 (Military
One) buatan Pindad, itu masih misterius. Sampai sekarang, kasusnya belum
terungkap jelas, padahal polisi sudah menyebar sketsa wajah yang diduga pelaku
peledakan.
Agustus 2000: Kediaman Duta Besar Filipina untuk
Indonesia, di Imam Bonjol, Jakarta. Ledakan bom itu menewaskan dua staf rumah
tangga kediaman serta puluhan orang lainnya mengalami luka cukup serius. Bom
yang dipakai adalah C-4 buatan Amerika Serikat. Pada 19 Oktober 2003, PN
Jakarta Pusat menghukum Abdul Jabar bin Ahmad Kandai selama 20 tahun penjara.
Abdul Jabar terbukti bersalah melakukan tindak pidana secara bersama-sama
dengan Fatur Rahman Al- Ghozi dan Edi Setiono alias Usman, meledakkan bom di
rumah Duta Besar Filipina itu. Dirinya juga dinyatakan terbukti bersalah turut
serta melakukan aksi pemboman di sejumlah Gereja di Jakarta: Gereja Anglikan
Menteng Jakarta Pusat dan Oikumene di Jalan Angkasa Halim Perdana Kusumah
Jakarta Timur. Kedutaan besar Malaysia untuk Indonesia di Rasuna Said, Jakarta,
juga mendapati ledakan bom. Tapi, tidak menimbulkan korban jiwa.
27 Agustus 2000: Di Medan, satu di bengkel di depan
rumah penduduk di Jalan Bahagia, dan satu lagi di pagar rumah pendeta J.
Sitorus.
September 2000: Bursa Efek Jakarta. Dengan bahan
peledak TNT, ledakan bom menewaskan 10 orang, melukai puluhan orang dan
merusakkan puluhan mobil. Pelakunya adalah Teungku Ismuhadi yang kemudian
dihukum penjara 20 tahun.
13 September 2000: Ledakan dahsyat di lantai parkir
P2 Gedung Bursa Efek Jakarta. Ledakan ini menelan korban 10 orang tewas, 15
orang luka, serta dua mobil hangus, 20 mobil rusak.
November 2000: Hotel Omni Batavia, Jakarta.
Desember 2000: Di berbagai tempat di Indonesia saat
malam Natal: Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Mojokerto, Mataram, Pematang
Siantar, Medan, Batam, dan Pekanbaru, yang mengakibatkan belasan orang tewas,
seratus lebih lainnya luka-luka dan puluhan mobil rusak. Tercatat hanya 16 dari
31 bom yang meledak. Bahan peledaknya, TNT yang ditambahkan supreme seal pot
dengan wadah plastik ungu dan diisi 100 gotri.
Januari 2001: Bom rakitan di satu mobil di Pasar
Minggu, Jakarta. Selain itu, Taman Mini Indonesia Indah juga sempat digegerkan
ledakan bom yang dilakukan Elize M. Tuwahatu.
Maret 2001: Rumah Sakit Saint Carolus, Jakarta.
Sementara itu, ledakan bom juga terjadi di jembatan kereta api Cisadane,
Serpong, Tangerang.
April 2001: Di Jalan Percetakan Negara, Jakarta.
10 Mei 2001: Di bangunan Yayasan Kesejahteraan
Mahasiswa Iskandar Muda, di Jalan Guntur, Jakarta Selatan. Tiga orang tewas,
sebagian bangunan hancur.
Juni 2001: Di kamar kos di kawasan Pancoran, Jakarta.
Berselang hanya dua pekan, di Cikoko, di kawasan Pancoran juga, ledakan bom
kembali terjadi.
Juli 2001: Gereja Santa Anna, Pondok Bambu, Jakarta.
Ledakan mencederai puluhan orang. Hanya sehari berselang, ledakan bom kembali
terjadi di Jalan Semarang, Menteng, Jakarta, dan melukai satu orang.
Agustus 2001: Plaza Atrium, Senen, Jakarta. Ledakan
melukai enam orang. Kedua pelaku peledakan, Edi Setyono alias Abbas dan Taufik
bin Abdul Halim dihukum hukuman mati oleh PN Jakarta Pusat.
September 2001: Gedung kembar WTC, New York, Amerika
Serikat. Satu jet komersial menabrak menara utara bangunan 110 lantai antara
lantai 80 dan 85. Selang beberapa menit, satu pesawat komersial lainnya
menabrak menara selatan. Diperkirakan, tiga ribu orang tewas dan 1.000 cedera
dalam peristiwa itu. Sebanyak 40.000 orang bekerja di pusat perdagangan dua
gedung itu; lebih dari 150.000 orang memasuki kompleks itu setiap hari untuk
berbisnis atau hanya jalan-jalan. Dari Dubai, Uni Emirat Arab, dilaporkan, satu
kelompok Palestina menyatakan bertanggung jawab atas serangan pesawat terhadap
WTC itu. Televisi Abu Dhabi melaporkan, pihaknya telah menerima telepon dari
Front Demokratis bagi Pembebasan Palestina (DFLP) di luar negeri -yang
menyatakan bertanggung jawab. Gedung yang diserang itu merupakan institusi
internasional yang melambangkan kemakmuran ekonomi dunia. Di sana terdapat
perwakilan dari pemerintah Thailand, Cile, dan Pantai Gading, misalnya. Di WTC
terdapat 430 perusahaan dari 28 negara.
Serangan bom pesawat juga terjadi terhadap Pentagon,
Washington dan menewaskan 189 orang, termasuk para penumpang pesawat. Sementara
itu, 45 orang tewas dalam pesawat keempat yang jatuh di daerah pedalaman
Pennsylvania.
23 September 2001: Lantai parkir Atrium Plaza, Senen.
Ledakan menghancurkan beberapa mobil, walau tidak ada korban jiwa.
2001: Asrama haji Sudiang, Makassar, Sulawesi
Selatan.
2002: Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) dan
restoran McDonald’s di Sulawesi Selatan.
1 Januari 2002: Di depan rumah makan ayam Bulungan,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Seorang pelaku, Hasballah tewas seketika di
tempat kejadian. Bahan peledak yang digunakan yang digunakan adalah granat
manggis K75 buatan Korea.
18 Januari 2002: Gardu PLN di depan bekas terminal
Cililitan, Jakarta Timur. Sementara itu, di Palu, satu ledakan juga mengguncang
tiga rumah ibadah. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Gereja Pantekosta di
Indonesia dan Gereja Kristen Indonesia Sulawesi Selatan Jemaat Palu rusak
akibat bom rakitan.
20 Januari 2002: Fathurrahman al Ghozi, seorang Warga
Negara Indonesia, ditangkap oleh pihak keamanan Filipina. Lelaki kelahiran
Madiun dituduh terlibat dalam pengeboman sebuah stasiun kereta api di pusat
kota Manila di malam Tahun Baru 2002. Filipina menyatakan, al Ghozi sebagai
salah satu anggota sel al Qaidah di Asia Tenggara.
Maret 2002: Kantor Babinkum, Pulo Gebang, Jakarta.
Juni 2002: Di depan gedung konsulat jenderal Amerika
Serikat di Karachi, Pakistan yang mengakibatkan delapan orang tewas.
9 Juni 2002: Di lahan parkir Hotel Jayakarta dan
Diskotik Eksotis, Kota, Jakarta Barat. Pelakunya, Dodi Prayoko berhasil
ditangkap polisi.
1 Juli 2002: Mal Graha Cijantung, Jakarta. Tujuh
orang luka-luka dan tidak ada korban jiwa akibat ledakan itu. Polisi menangkap
lima tersangka yang diyakini terkait dengan Gerakan Aceh Merdeka yakni, Ramli.
M. Nur, Mudawali, Muhamad Hasan Irsyadi dan Syahrul. Bom rakitan jenis low explosive
itu terdiri dari campuran belerang, alumunium powder, potasium klorat, baterai,
dan serpihan besi atau paku.
Oktober 2002: Bandung Supermall dan Istana Plaza,
Bandung.
12 Oktober 2002: Tiga ledakan bom mengguncang Bali.
Ledakan pertama dan kedua mengguncang kawasan di Jalan Legian, Kuta. Sedangkan
ledakan lainnya terjadi di dekat kantor konsulat AS, Denpasar. Di Manado,
Sulawesi Utara, bom rakitan meledak di pintu gerbang masuk kantor Konjen
Filipina. Tidak ada korban jiwa.
Ledakan di Jalan Legian, mengakibatkan setidaknya 187
tewas dan 400-an lainnya luka-luka. Ledakan juga mengakibatkan kerusakan parah
dalam radius 100 meter dari pusat ledakan. Polisi mengidentifikasikan bahwa
ledakan berasal dari bom mobil yang diletakkan dalam Mitsubishi L300.
Sebagai peracik bahan-bahan kimia bahan peledak,
Sarjiyo alias Sawad, dihukum seumur hidup oleh majelis hakim PN Denpasar yang
juga menghukum Saad alias Mat Ucang 20 tahun penjara lantaran menyembunyikan
Mukhlas alias Ali Gufron saat dalam pelarian. Hernianto dihukum 12 tahun
penjara. Selain itu, kelompok Kalimantan, seperti Mubarok dihukum seumur hidup,
Sukastopo tiga tahun, Imam Susanto empat tahun delapan bulan, Mujarot lima
tahun, Hamzah Baya enam tahun, Eko Hadi P empat tahun enam bulan, Puriyanto empat
tahun enam bulan, Firmansyah empat tahun, Syamsul Arifin tiga tahun penjara,
Sofyan Hadi enam tahun, Sirojul Munir lima tahun, Sukastopo tiga tahun,
Muhammad Yunus enam tahun.
Sementara itu, Ali Imron alias Ale -adik kandung
Amrozi, dihukum seumur hidup. Imam Samudra dihukum hukuman mati lantaran secara
bersama-sama dengan anggota kelompoknya melakukan aksi pemboman itu; secara
bersama-sama menyiapkan dana untuk membiayai bom Bali.
Di Manado, pada saat yang hampir bersamaan juga
terjadi ledakan di depan kantor konsulat Filipina di Jalan Tikala. Pada
peristiwa yang tidak menelan korban jiwa itu, polisi menangkap dua pelaku
pemboman: Otje dan Idris.
5 Desember 2002: Mal Ratu Indah Makassar pada malam
Idul Fitri. Tiga orang tewas dalam peristiwa itu. Enam belas orang ditetapkan
sebagai tersangka, diantaranya, Agung Abdul Hamid, Mukhtar Daeng Lau, Usman,
Masnur, Azhar Daeng Salam, Ilham, Hizbullah Rasyid, Dahlan, Lukman, Suryadi,
Abdul Hamid, Iwal, Mirzal, Itang, Khaerul, dan Kahar Mustafa. Dua belas orang telah
berhasil ditangkap polisi, empat orang lainnya yang masih buron adalah Agung
Abdul Hamid, Dahlan, Mirzal dan Hizbullah Rasyid.
Januari 2003: Pangkalan bajaj di Jalan Jembatan Besi
Raya Gang I, Tambora, Jakarta. Ledakan berasal dari bom Molotov yang dilemparkan
ke pangkalan bajaj yang mengakibatkan sebuah bajaj terbakar. Bom itu terbuat
dari botol bir isi bensin dan sumbu. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Sementara itu, ledakan bom rakitan terjadi dan mengenai dua polisi di jembatan
besi Jorong Silawai, Kecamatan Airbangis, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat.
14 Januari 2003 : Ambon. Siapakah biang keladi perang
Ambon pertama kalinya? Silakan anda menjawabnya sendiri…. yang pasti bukan
Islam dan umat Islam.
3 Februari 2003: Wisma Bhayangkari Markas Besar
Kepolisian Republik Indonesia. Ledakan berasal dari sebuah bom rakitan yang
dibuat dari pipa paralon sepanjang 11 cm dengan diameter 16 cm, ditutup dengan
lempengan baja yang dilapisi dengan semen. Walau berkekuatan rendah, ledakan
merusakan satu mobil dan menghancurkan bagian bagunan yang ada di Wisma
Bhayangkari. Polisi menangkap tersangka pelaku pemboman, Ajun Komisaris Polisi
Anang Sumpena. Tidak ada korban jiwa akibat ledakan itu.
1 April 2003: Bom mengguncang Medan. Kali ini terjadi
lagi di jalur pipa milik PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Diperkirakan bom
meledak pukul 03.00 WIB. Tak ada korban jiwa.
24 April 2003: Di jembatan Kali Cideng, belakang
kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sasaran kemungkinan ditujukan ke kantor PBB.
Bom rakitan itu terbuat dari besi yang panjangnya sekitar 33 sentimeter, dengan
diameter sekitar 10 sentimeter, dan ketebalan pipanya sekitar 6,6 milimeter.
Ledakan berkekuatan rendah. Tidak ada korban.
27 April 2003: Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta.
Saat itu, tujuh orang yang merupakan satu keluarga menjadi korban ledakan. Lima
di antaranya dirawat di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk PIK dan dua lainnya
dirawat di RSU Tangerang. Ledakan berkekuatan rendah. Belum diketahui penyebab
dan motif ledakan.
30 Juni 2003 : Di Pasar Aceh, Kota Banda Aceh.
Sementara itu, satu bom lainnya dapat dijinakkan di satu rumah sakit umum Kota
Banda Aceh. Tiga pedagang menderita luka terkena serpihan bom.
14 Juli 2003: Gedung Dewan Perwakilan Rakyat. Tidak
ada korban jiwa.
10 Juli 2003: Pasar Koronadal, Filipina Selatan.
Ledakan menewaskan tiga orang serta mencederai setidaknya 29 orang.
Juli 2003: Saat konser musik terbuka di Moskow,
Rusia. Bom bunuh diri itu menewaskan 14 orang serta puluhan terluka.
5 Agustus 2003: Hotel JW Marriott, Jakarta. Dengan
bahan peledak, antar lain berupa CLO3, Almunium Fowder, TNT, Detanator dan
Detonating Cord (sumbu peledak), bom menewaskan 13 orang, melukai 74 orang dan
menghancurkan 22 mobil.
Menurut keterangan
tersangka Amran Bin Mansur alias Andi Saputra, bahan peledak bom menggunakan
sisa-sisa bom Malam Natal 2000 yang diselundupkan dari Fillipina Selatan
sebelum 2000. Amran, pria kelahiran Pontian Johor Malaysia, merupakan anggota
Jamaah Islamiyah yang berperan sebagai penyedia bahan peledak bom Malam Natal
2000. Amran mendistribusikan bahan peledak ke empat tempat pengeboman:
gereja-gereja di Batam, Pekan Baru (Sumatera), Jawa dan Nusa Tenggara Timur.
Perintah tertinggi pengeboman Malam Natal itu ada di
tangan Hambali alias Encep Nurjaman, pria Cianjur Jawa Barat yang ditangkap di
Ayutthaha Thailand, 2003, oleh aparat intelijen Thailand. Hambali kemudian
menunjuk penanggung-jawab eksekusi di empat tempat itu, dua di antaranya, Imam
Samudera alias Kudama untuk Batam dan Idris alias Gembrot untuk Pekanbaru.
Kepada para penanggung-jawab itulah, Amran menyerahkan bahan peledak. Selain
bom, Amran juga menyerahkan enam senjata jenis revolver asal Malaysia: tiga
untuk Batam dan tiga untuk Pekanbaru. Selepas itu, Amran kabur ke Malaysia,
tapi kembali lagi ke Indonesia pada 2001. Lewat jalur ilegal, Amran dua kali
keluar-masuk: Batam, Johor Malaysia, Nunukan Kalimantan Timur dan Manado,
Sulawesi Utara.
Selain Amran, ada penyedia dana bernama Jabfar -juga
warga Malaysia- yang berhasil ditangkap tim anti teror Mabes Polri di Desa
Grinsing, Batang, Jawa Tengah, 5 Februari 2004. Jabfar inilah yang menuntun
aparat untuk menangkap Amran.
Baik Amran maupun Jabfar sudah aktif dalam pengeboman
di Indonesia sejak 1999. Tapi pada 2001, mereka sudah tidak aktif lagi. Jabfar
adalah pengikut Pondok Pesantren Lukmanul Hakim milik Amir Majelis Mujahidin
Indonesia, Ustadz Abu Bakar Baasyir di Malaysia yang sudah dibubarkan. Amran
dan Jabfar juga bekerja-sama dalam pengeboman Malam Natal 2000. Tapi selepas
tugas, mereka berpisah dan kabur.
Terbukti terlibat dalam persiapan aksi pengeboman
Hotel JW Marriott, Sardona Siliwangi bin Azwar, 23 tahun, dihukum sepuluh tahun
penjara oleh majelis hakim PN Bengkulu. Sardona sendiri saat ini adalah
mahasiwa semester satu Akademi Komputer swasta di Kota Bengkulu. Diperkirakan,
sekitar 4 Januari hingga pelaksanaan pengeboman di Hotel JW Marriott 5 Agustus
2003, dirinya ikut bersama-sama menyimpan bahan peledak yang dibungkus enam
kardus di kediamannya di Jalan Gedang Kilometer 6,5, Rt.1-Rw.01, nomor 43,
Kecamatan Gading Cempaka, Bengkulu. Perbuatan terdakwa dilakukan bersama-sama
dengan Asmar Latin Sani (pelaku bom bunuh diri), Noor Din Moh Top alias Isa,
Dr. Azhari alias bahar, Moh. Rais alias Indra alias Iskandar alias Ryan Arifin,
Toni Togar alias Indra Warman dan Mohammad Ihsan alias Idris alias Joni
Hendrawan alias Gembrot alias Jo.
7 Agustus 2003: Di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Akibat ledakkan, Bachtiar alias Manto, 20 tahun, yang diduga kuat sebagai
perakit bom itu tewas.
12 September 2003: Di daerah konflik Poso, Sulawesi
Tengah. Ledakan bom mengakibatkan lima warga luka-luka.
5 Desember 2003: Makassar, Sulawesi Selatan. Muhammad
Tang alias Ittang (30) yang telah membantu pelarian otak bom Makassar, Agung
Hamid, dihukum tujuh tahun penjara oleh PN Makassar, Sulawesi Selatan yang juga
menghukum Suryadi Mas’ud (31) delapan tahun penjara. Selain itu, Khaerul alias
Herul alias Mato (23) dihukum tujuh tahun penjara, Kaharuddin Mustafa lima
tahun penjara lantaran ikut membantu dan memberikan kemudahan kepada tersanga
Agung Hamid yang disebut-sebut sebagai otak peledakan. Imal Hamid, 35 tahun,
dihukum enam tahun penjara lantaran menyembunyikan informasi pelaku tindak
pidana terorisme, yaitu sudah tahu adanya bahan peledak berupa dua karung
photasium dan satu karung TNT yang disimpan Agung Hamid (buron) di rumahnya, di
Desa Garessi, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Suriadi SPd, 32 tahun,
dihukum tujuh tahun penjara.
Januari 2004: Di Medan, Sumatera Utara. Pelakunya
adalah penjual mie Aceh dan anggota separatis Gerakan Aceh Merdeka: Sfd Bin Slm
alias Fudin (30) dan AS alias Mamad (24), penduduk Samlantira dan Kecamatan
Tanah, Aceh Utara.
Sementara itu, bom juga meledak di Kafe Samfodo Indah
di Kota Palopo, Sulawesi Selatan dan mengakibatkan empat tewas dan dua orang
lagi mengalami luka-luka. Pelakunya, Arman, Idil, Ahmad Rizal, Jeddi, Benardi
dan Jasmin. Enam orang lainnya yang masih buron adalah Aswandi alias Aco bin
Kasim, Ishak, Nirwan, Kahar dan Agung Hamid. Disinyalir, Agung Hamid juga tokoh
utama peledakan bom di Mal Ratu Indah Makassar, 5 Desember 2002.
21 Maret 2004: Rumah milik nyonya Sugeng di Jalan
Bhakti Abri Kampung Sindangrasa, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cimanggis Depok.
Ledakan bom rakitan itu tidak memakan korban jiwa dan kerusakan berarti.
9 Septemper 2004: Bom meledak di kedutaan besar
Australia menewaskan 10 orang Indonesia dan melukai lebih dari 100 orang.
13 November 2004: Ledakan bom terjadi di kantor
polisi di Sulawesi, menewaskan 5 orang dan melukai empat orang.
28 Mei 2005: Bom meledak di Tentena , Poso, Sulawesi
Tengah. 22 orang tewas
8 Juni 2005: Bom meledak di halaman rumah Ahli Dewan
Pemutus Kebijakan Majelis Mujahidin Indonesia, Ust Abu Jibril di Pamulang Jawa
Barat
1 Oktober 2005: Bom meledak di Kuta Bali. 22 orang
tewas
31 Desember 2005: Bom meledak di Pasar daging Babi di
Palu, Sulawesi Tengah
10 Maret 2006: Ledakan bom di rumah penjaga Kompleks
Pura Agung Setana Narayana di Desa Toini. Poso
22 Maret 2006: Sekitar pukul 19.00 Wita bom meledak
di pos kampling di dusun Landangan, Desa Toini, Kecamatan Poso Pesisir
1 Juli 2006: Ledakan bom di gereja Kristen Sulawesi
Tengah ( GKST ) Eklesia Jalan Pulau Seram, Poso.
3 Agustus 2006: Sekitar pukul 20.00 Wita bom meledak
di Stadion Kasintuwu yang terletak disamping Rumah Sakit Umum Poso
18 Agustus 2006: Bom meledak lagi di Poso
6 September 2006: Bom Meledak di Tangkura, Poso
Pesisir Selatan
17 Juli 2009: Ledakan di Ritz Caltron dan JW Marriot.
Sembilan Orang Tewas. Dengan Perstiwa ini polisi bukan hanya kecolongan ,
tetapi juga ditampar karena pelaku menggunakan metode baru yaitu menyusup dari
dalam. Penyelidikan peristiwa ini pun belum menyeluruh dan belum tuntas.
Masjid Polresta Cirebon yang di bom sewaktu digunakan untuk
shalat jumat diketahui dilakukan oleh Muhammad Sarip, Bom Cirebon yang terjadi pada pukul 12.15 WIB, Jumat 15 April
2011. Peristiwa ini
mengakibatkan 25 orang terluka termasuk Kapolresta Cirebon. Bom yang meledak di
Mapolresta Cirebon ini merupakan bom bunuh diri yang menyebabkan sang pelaku
tewas
terakhir, aksi bom bunuh diri minggu 25 september 2011 di
Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, Jawa Tengah kemarin.
Mudahan kejadian bom bunuh diri ini tidak terjadi lagi di Indonesia.
Sumber : dari berbagai web.