TERJEMAHAN

Friday 24 June 2011

MEREGANG NYAWA DI PENAMPUNGAN TKI

BANYAK Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bernasib kurang lebih sama dengan Ruyati, baik di Arab Saudi maupun di negeri tetangga; Malaysia dan Singapura. Tapi, majikan jahat dan kejam tak melulu milik negara- negara tujuan utama TKI kelas pembantu rumah tangga itu. Di Indonesia pun ada majikan bertabiat serupa.

Ketika ramai berita mengenai pencabutan nyawa Ruyati di ujung pedang algojo Arab Saudi, kasus penyiksaan terhadap TKI di dalam negeri ikut mencuat sebagai berita utama koran-koran lokal di Batam sejak Rabu 22 Juni 2011.

Regina Banun Sele, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Nusa Tenggara Timur (NTT),  meregang nyawa di penampungan TKI milik PT Tugas Mulia, dalam sebuah rumah toko di kawasan Tanjung Uma, Batam, Kepulauan Riau. Regina meninggal pada 1 Juni 2011, persis di hari lahir Pancasila, yang kali ini mengangkat tema “Jadikan Pancasila sebagai Gaya Hidup Bangsa”.
Bos PT Tugas Mulia menunjukkan dua surat mengenai penyebab kematian Regina. Penjelasan dari Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam, Regina meninggal “karena penyakit yang dideritanya”. Sementara dari pihak kepolisian menyebutkan kematian itu akibat penyakit jantung.  Jasad Regina sudah dikirim pulang ke kampung halaman di Desa Koa, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timur Tengah Selatan, NTT.
Kasus itu terungkap setelah tiga orang TKW berhasil meloloskan diri dari penampungan itu. Seorang warga Batam asal NTT menemukan mereka luntang-lantung di jalan, mengajak ke rumahnya. Kemudian bertemu tokoh masyarakat NTT di Batam yang berujung penggerebekan lokasi penampungan oleh ribuan warga, mendahului tindakan kepolisian. Beruntung sang bos dan karyawannya berhasil meloloskan diri dari massa saat penggerebekan.

Di penampungan itu warga mendapati lima TKI asal NTT, yakni Rasti (30), Yuli Falo (40), Rosalinda (29),  Melia (23), dan Meri (24). Mereka spontan berteriak minta tolong. Mereka mengaku disekap dalam ruko milik PT Tugas Mulia itu. Kepada polisi dan sejumlah tokoh masyarakat asal NTT di Batam, mereka mengaku mengalami siksaan hebat hingga perkosaan oleh karyawan perusahaan penyalur TKI/TKW itu.

Perlakuan terhadap para TKI/TKW itu tidak semulia nama perusahaan itu. Mereka mengaku sering ditampar oleh sang bos, seorang perempuan cantik bernama Rusna (42). Mereka juga dihantam pakai pipa paralon dan ditendang oleh para karyawan yang tak mau kalah galak dibandingkan bos mereka.

Rusna membantah telah menyiksa para TKI. Dia mengakui menampar mereka, tapi melakukannya dengan kasih, sebagai bentuk pembinaan. Ada atau tidak tindakan penganiayaan masih harus dibuktikan oleh penyidik dari Polresta Barelang yang menangani kasus ini. Namun, sulit membantah adanya penganiayaan bila melihat kondisi para TKI. Meri, seorang TKW, bahkan tak bisa lagi berbicara lantaran terlalu sering dianiaya dan diperkosa. Meri adalah kakak dari Regina yang telah meninggal.

Apakah kasus tersebut merupakan potret lemahnya pengawasan terhadap pengerah TKI/TKW. Apakah ini juga potret perusahaan pengerah jasa TKI/TKW di Indonesia? Ternyata tak perlu sampai ke luar negeri untuk menemukan si raja tega alias sosok majikan bertabiat jahat dan kejam. 
 
sumber : http://hukum.kompasiana.com/2011/06/24/meregang-nyawa-di-penampungan-tki/

No comments:

Post a Comment